Saturday, January 16, 2010


Lasmi memandang wajahnya di cermin sambil menyisir rambut hitam panjangnya. Cantik, ya begitu kata banyak orang setiap kali melihatnya untuk pertama kali. Selama ini lasmi tidak terlalu mempedulikan perkataan orang-orang itu, tapi sekarang dia juga bisa melihatnya sendiri. Saat ini, saat dia benar-benar menikmati memandang wajahnya di cermin.

” Kamu memang cantik, jauh lebih cantik dari penglihatanmu sekarang. Tapi itu tidak ada artinya. Wajah itu tidak abadi, kamu bisa saja kehilangannya dalam waktu sekejap. Dan jika itu terjadi, kamu tidak ada apa-apanya,” ujar perempuan itu yang tiba-tiba saja ikut bercermin bersama Lasmi.

Lasmi mendengus kesal, entah kenapa perempuan ini belakangan selalu menguntitnya dan mengatakan hal-hal aneh. ” Maksudmu apa?”, tanyanya ketus.

” Apa kamu tidak pernah berpikir, kalau saja kamu tidak secantik ini mungkin orang-orang itu tidak akan tertarik padamu. Selama ini kamu dinilai hanya dari penampilan fisik, lahiriah, ” jawabnya dengan nada mencemooh.
” Bukan salahku kalau aku cantik, mereka saja yang bodoh menilai orang dari fisiknya saja,” balas Lasmi sambil mengibaskan rambutnya.

” Berarti selama ini kamu berhubungan dengan orang-orang bodoh,” balas perempuan itu tidak mau kalah.
” Terserah apa kata kamu, yang pasti mereka orang-orang bodoh dengan uang berlimpah, itu yang terpenting,” ujar Lasmi kesal seraya melempar sisirnya.
Tapi perempuan itu tidak bergeming dia masih berdiri di depan cermin dengan tangan terlipat. ” Seharusnya hidup kamu tidak seperti ini, kamu berhak mendapatkan yang lebih baik,” ujarnya pelan.
Lasmi berbalik menatap mata perempuan itu lekat-lekat. ” Ya, aku memang berhak mendapat yang lebih baik. Kamu sendiri tahu kan apa yang sudah aku lewati, jika akhirnya sekarang aku seperti ini, itu bukan karena keinginanku tapi karena memang sudah tidak ada jalan lain, ”jawab Lasmi.
” Ya seandainya saja kamu bisa lebih sedikit tegar, kamu tidak harus memilih jalan ini. Tapi sayang kamu lemah, pesimis, gampang menyerah, seolah-olah hanya kamu orang yang paling menderita di dunia ini,” balas perempuan itu dingin.
” Kamu tidak berhak menilaiku, aku yang melewati ini semua. Sendiri! Kamu tidak tahu bagaimana rasanya miskin, tidak punya uang, bahkan makanpun susah. Dan yang paling menyakitkan saat orang yang paling aku sayangi sakit, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu pasti juga tahu berapa banyak yang aku datangi hanya untuk satu perkerjaan. Tapi apa hasilnya tidak ada. Dan jika akhirnya aku memilih pekerjaan ini, itu sudah karena tidak ada pilihan lain!” , teriak Lasmi meradang.
” Ya, ya, ya. Sudah tidak ada pilihan lain. Klise, bilang saja kamu hanya ingin jalan pintas untuk dapat uang dengan cepat tanpa perlu susah payah. Toh sebelumnya kamu pernah kerja di tempat yang lebih baik, tapi malah berhenti untuk pekerjaan ini ,” balasnya mencemooh.
” Terserah kamu mau bilang apa, meskipun sepuluh tahun aku bekerja di situ tetap saja uangnya tidak akan cukup untuk biaya berobat Ibu”, jawab Lasmi seraya menghindari perempuan itu.
” Benarkan alasannya uang, uang yang membuat kamu merasa benar melakukan pekerjaan ini. Aku yakin kalau ibumu tahu dia pasti tidak akan sudi menerima bantuanmu, uang harammu!” ,cecar perempuan itu lagi.
” Terserah, aku tidak peduli. Sebenarnya apa urusanmu, ini hidupku aku tidak merugikan siapa-siapa. Aku hanya berusaha mendapatkan uang dari pria-pria bodoh itu,” jawab Lasmi mulai tidak tenang.
”Dan itu pria bodoh keberapa yang menidurimu malam ini,” ujar perempuan itu sambil menunjuk ke arah tempat tidur.
” Pergi!, sana pergi!,” teriak Lasmi berusaha menarik perempuan itu.
Tapi perempuan itu seolah terpaku di lantai, sekuat apapun Lasmi mendorongnya ia sama sekali tidak bergerak. Wajahnya masih mencemooh. Lalu perlahan mulutnya bergerak mengucapkan satu kata yang paling di bencinya.
” Pelacur!,” ujarnya pelan, lalu dia mengulangnya lagi, lagi dan lagi.
Lasmi berteriak dipukulnya perempuan itu sejadi-jadinya sampai ia terjatuh ke tubuh pria yang yang tertidur di ranjang. Pria itu kaget lalu berusaha menahan Lasmi. Tapi Lasmi sudah tidak tertahankan, dia mendorong pria itu ke dinding hingga kepalanya terbentur lalu diam tak bergerak. Lasmi sudah tidak peduli, yang ada di benaknya hanya menghabisi perempuan ini. Perempuan yang masih terus memanggilnya pelacur. Perempuan itu berlari ke sekeliling kamar, Lasmi memburunya. Saat melewati meja rias dilihatnya sebuah gunting tergeletak disana secepat kilat Lasmi menyambarnya. Dengan tangan menghunus gunting Lasmi kembali mengejar perempuan itu. Dia masih tertawa mengejek sambil terus meneriakkan kata itu.
Akhirnya perempuan itu lari kearah Lasmi, dia makin dekat, Lasmi bersiap menghujamkan guntingnya, saat permpuan itu semakin mendekatinya Lasmi merasakan tangannya bergerak, perempuan itu sudah tidak berjarak lagi dengannya. Tubuh perempuan itu bahkan seolah masuk ke tubuhnya saat itulah Lasmi menghujamkan gunting tepat ke ulu hatinya. Perempuan itu terdiam suaranya menghilang. Lasmi lega, dirasakannya tubuhnya melayang ringan, dunia seolah berputar pelan, suasana tiba-tiba begitu senyap. Lasmi terhuyung dan lalu terjatuh bersimbah darah!.
Ya, perempuan itu adalah dirinya sendiri, perempuan itu Lasmi!.

No comments:

Post a Comment